“Perkenalkan Mitra CBN, nama saya Temmy (Bong Tho Thjiang). Suami saya bernama Tjun Wie dan kami dikaruniai tiga orang anak, Steven Tan Wijaya, Frisca Tania Wijaya, dan Felicya Tania Wijaya.
Saya ingin berbagi tentang apa yang saya alami dalam kehidupan keluarga kami. Saya dulu bekerja pada sebuah perusahaan swasta, dan di tempat itu juga saya bertemu dengan suami saya. Beberapa waktu kami sempat menganggur karena perusahaan tutup akibat krisis tahun 1998. Saat itu saya hamil anak pertama dan pada saat melahirkan, kami hanya berserah pada Tuhan untuk biaya kelahiran anak kami yang pertama. Puji Tuhan semua Dia cukupkan. Akhirnya Tuhan buka jalan, suami saya dapat pekerjaan dan saya hanya di rumah mengurus anak.
Setelah anak pertama saya cukup besar untuk ditinggalkan dengan pembantu, saya sempat bekerja beberapa waktu sebelum akhirnya ikut suami pindah ke Bogor setelah melahirkan anak ke-2. Kami yakini Bogor adalah Tanah Kanaan bagi kami yang Tuhan sediakan. Ekonomi kami mulai membaik karena pekerjaan suami saya baik-baik saja. Saya pun mendapat pekerjaan yang baik di Bogor dan hasilnya, kami bisa membeli rumah dan dari kantorpun tunjangan cukup.
“Angin sepoi membuat kita tertidur, angin kencang membuat kita waspada dan berjuang bertahan”, demikian terjadi saat melahirkan anak kami yang ke-3, kami mengalami pencobaan dan pergumulan berat. Anak saya lahir dan langsung masuk ICU selama 3 hari, lalu NICU selama 12 hari dan setelahnya ketika usianya menginjak 3 bulan, bentuk kepalanya sedikit membesar dan belum bisa mengangkat kepalanya seperti anak-anak seusianya. Vonis dokter mengatakan anak saya mengalami gangguan pada syaraf otaknya yang berdampak pada keterlambatan perkembangan motoriknya dan harus menjalani proses terapi.
Kami membawanya pada terapi demi terapi yang membutuhkan dana yang tidak sedikit dan juga terus mendoakannya, meminta kesembuhan yang sempurna dari Allah. Kami sampai terlilit bunga berbunga dari kartu kredit. Cobaan lain, disaat kami membutuhkan dana suami saya keluar dari pekerjaannya dan mendapat pekerjaan baru dengan hasil lebih kecil serta dengan jobdesc yang tidak disukainya.benar-benar. Saya merasa seperti jatuh, tertimpa tangga pula. Dalam situasi seperti itu kami berserah pada Tuhan dan tetap memegang tangan Tuhan.
Saya bersyukur, ketika kami berserah padaNya tahap demi tahap, Tuhan membuka jalan dari hal yang tersulit untuk bisa kami lewati. Kalau dilihat dari kaca mata manusia benar-benar mustahil. Tuhan sungguh hidup dan melihat keterpurukan ekonomi kami. Tuhan pun mengubah paradigma kami bahwa uang bukan segala-segalanya. Tuhan cukupkan dan buka jalan pada saat yang tepat dan Tuhan jadikan indah pada waktuNya.
Hidup kami bergantung sepenuhnya kepada Tuhan saja! Allah yang tidak pernah ingkar janji, membuat kami memiliki harapan bahwa dalam sedikit waktu lagi, sisa hutang kami akan terselesaikan.
Mitra CBN lainnya, pasti memiliki masalah hidup dan kesukaran hidup sendiri-sendiri. Setiap orang harus memikul salibnya masing-masing tetapi dengan bersandar pada janjiNya. Kita akan semakin dikuatkan bahwa semua orang akan selalu ditolong dan diberiNya jalan keluar. Tetaplah berharap padanya. Tuhan Memberkati Anda!”